By oxana on Okt 13, 2009 in Ilmu
pengetahuan and tagged batik
Batik secara
historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang
ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih
didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah
perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan
binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai
awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui
penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik
tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan
corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya
sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam.
Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya
berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Perkembangan
Batik di Indonesia
Sejarah
pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan
Yogyakarta.
Kesenian
batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah
satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik
dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan
keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang
tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton
dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Proses
pembuatan batik
Dalam
perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk
mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga
istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain
putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang
bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia
yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan
bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi
kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit
dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya
kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah
setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah
semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah
usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi
bagian pakaian tradisional Indonesia.
Batik
Pekalongan
Meskipun
tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut
perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data
yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti
motif pohon kecil berupa bahan baju.
Namun perkembangan
yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830
di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang
Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para
pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar
ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan
pengikutnya mengembangkan batik.
Ke timur
batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di
Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura.
Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan
Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada
sebelumnya semakin berkembang.
Seiring
berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan
dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai,
yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta
Wonopringgo.
Perjumpaan
masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab,
India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif
dan tata warna seni batik.
Sehubungan
dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara
tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu,
yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim
dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore,
dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Perkembangan
budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas
kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh
negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke
masa.
Batik
Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan
pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh
tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan
dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan
kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah
administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
Pasang surut
perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon
bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah
menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi
nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk
unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik.
Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK.
Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan.
Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis
rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat
setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima
paham serta pemikiran baru.
Batik yang
merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional
yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir
seindah dan sehalus batik Pekalongan.